Thursday, September 6, 2007

Diri Yang Cinta Al-Quran

Al-Qur`an adalah bacaan utama Udo Yamin Efendi. Putra ketiga —dari pasangan Majdi bin Abdullah dari Pekon Pedada dan Yuliana binti M. Sa’an dari Pekon Gunung Kemala— yang hobi membaca ini, lahir tanggal 15 Agustus 1977 di Way Suluh Pesisir Tengah Krui, Lampung Barat. Menjelang usia sekolah, orangtua Udo —panggilan Udo Yamin Efendi, baik dari yang lebih muda maupun lebih tua darinya. Udo adalah bahasa Lampung, artinya kakak tertua laki-laki— membawanya tinggal di Bahbinjai (Desa Banjar Agung). Di desa dekat Way Krui ini pula, Udo pertama kali belajar Alif, Ba, Ta, dan membaca Al-Qur`an dari orangtua dan guru ngajinya.

Umur tujuh tahun lebih, Udo masuk SD (Sekolah Dasar) Penggawa Lima Ilir. Enam tahun kemudian, Udo melanjutkan sekolah ke SMP 1 Pasar Krui. Dari SD sampai kelas 2 SMP, keseharian Udo seperti kehidupan teman sebayanya. Namun, menjelang kenaikan kelas 3 SMP, ghairah keislaman Udo muncul. Sambil menamatkan sekolah, dengan penuh kesungguhan, Udo mempelajari Islam di bawah bimbingan Datuk Balyan, Ama Djalan, Awan Furqan, dan Awan Zubair.

Para gurunya tersebut, menyarankan agar selama satu tahun itu meng-khatam-kan (menamatkan) bacaan Al-Qur`an 40 kali. Sebelum membaca buku yang lain, Udo yang hobi menangkap ikan di sungai dan laut ini, menghabiskan waktunya untuk memahami Al-Qur`an dari surah Al-Fatihah sampai An-Nas di bawah bimbingan para gurunya. Kemudian, Udo melanjutkan dengan membaca tamat terjemahan Kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Fiqh Sunnah, Nailul Author, dan buku-buku keislaman yang lainnya.

Melihat keseriusan Udo dalam menekuni Islam, seorang alumni Pesantren Persis Bangil —Bapak Syamsul (almarhum), menawarkan beasiswa kepada Udo untuk mondok di Pesantren Persatuan Islam (PPI) 76 Tarogong, Garut, sebagai utusan dari Yayasan Pendidikan Islam Mardhatillah. Dengan harapan, sepulang dari belajar nanti, Udo akan memimpin pesantren di bawah yayasan itu.

Maka pasca gempa bumi Liwa tahun 1993, Udo merantau ke kota Garut. Di PPI 76, Udo masuk tingkat Takhashshus (kelas untuk santri alumni sekolah umum (SLTP) dan sebagai persiapan masuk jenjang Mu'allimin/'Aliyah). Akan tetapi, hanya beberapa minggu kemudian, kelas ini ditiadakan dan Udo masuk tingkat Tsanawiyah. Tahun 2000, tepatnya pasca gempa bumi Bengkulu, Udo pun tamat dari PPI 76. Tahun itu pula, Mudir 'Am (pimpinan umum) PPI 76: H. Muhammad Iqbal Santoso, menawarkan untuk kuliah di Mesir.

Selama di Mesir, selain kuliah, mantan aktivis FSK RG-UG se-kabupaten Garut (1997-1998), Sekum PD sekaligus Koordinator Komite Peduli Pelajar (KPP) PII Garut (1998-1999), dan Dept. Keislaman PW PII Jabar (1999-2000) ini, aktif di berbagai organisasi, di antaranya: Sekretaris Umum FOSPI (Forum Silaturahmi Persatuan Islam) 2001-2002, Sekretaris Umum FOSMAL (Forum Silaturahmi Mahasiswa Lampung) 2001-2002, Ketua I FLP (Forum Lingkar Pena) 2001-2002, Sekretaris II organisasi induk PPMI (Persatuan Pelajar & Mahasiswa Indonesia Mesir) 2002-2003, Koordinator Studi Club "Ibadurrahman" 2001-2003, Ketua Umum PII (Pelajar Islam Indonesia) Republik Arab Mesir 2002-2004, Koordinator FS-MASISIR (Forum Silaturahmi Mahasiswa Indonesia Mesir) 2002-2004, Majelis Permusyawaratan Anggota Kekeluargaan Paguyuban Masyarakat Jawa Barat (KPMJB) 2005-2006, dan Pegiat LBI (Lembaga Buhuts Islamiyah) Pwk. Persis Mesir 2004-2006.

Saat ini, Udo aktif di CSRD (Community of Self-Research and Development) 2006-sekarang, Pegiat Studi Club “Ibadurrahman” 2006-sekarang, Penasihat FLP Mesir 2005-sekarang, Badan Strategis PWI PII Republik Arab Mesir 2004-sekarang, dan Direktur Lembaga Dana Abadi Umat (LDAU) sekaligus Majlis Penasehat Pwk. PP. Persis Mesir (2006-sekarang).

Dalam dunia tulis menulis dan jurnalistik, mantan Pimpinan Usaha buletin "Manggala" KPMJB, Editor buletin "Al-Furqan" Pwk. Persis, Dewan Redaksi buletin "Musafir" Pwk. PII, Dewan Redaksi buletin "Pena" FLP Mesir, dan staf jurnal OASE ICMI Orsat Cairo ini, masih aktif menulis di berbagai media massa mahasiswa Indonesia Mesir dan beberapa media massa di Indonesia.

Laki-laki yang sering menjadi pemateri dalam berbagai "Pelatihan Menulis dan Jurnalistik" ini, juga pernah beberapa kali juara dalam lomba karya tulis. Juara Pertama Lomba Karya Tulis KPMJB berjudul "KPMJB Menuju Learning Organization" (2003); Juara Kedua Lomba Karya Tulis buletin Terobosan berjudul "Optimalisasi Peran Alumni: Upaya Meningkatkan Kontribusi Al-Azhar Terhadap Pendidikan di Indonesia" (2004); Juara Pertama Jaizah Prof. Dr. Bachtiar Aly, MA. (Dubes RI Mesir) berjudul "Asahlah Iman Anda!" (2005) , dan Juara Pertama Lomba Karya Tulis Ilmiah Populer kerja sama antara KBRI Mesir dengan PPMI dan WIHDAH dengan judul "Faktor-Faktor Kesuksesan dan Kegagalan Studi Mahasiswa Indonesia Mesir" (2006).

Karena sebelumnya pernah berguru kepada Mbak Helvy, Mas Ahmadun, Kang Irwan, Mbak Asma, dan Teh Pipit Senja —ketika mereka mengisi pelatihan menulis di Mesir— Udo lebih condong dengan dunia fiksi, maka karya yang telah terbit adalah kumpulan cerpen "Bara Musa di Taman Terpasung" (Pustaka Ummat. 2002) dan "Kidung di Taman Surga" (Al-Madani. 2002). Dan tahun 2006 mendapat penghargaan sebagai Pegiat Sastra Terbaik dan Penulis Terbaik versi Terobosan Award.

Setelah Mas Fauzil Adhim —penulis buku best seller "Kupinang Engkau dengan Hamdalah"— berkunjung ke Mesir (2005), Udo tertarik untuk belajar dan menekuni dunia non-fiksi. Dan, salah satu karya non-fiksi Udo adalah buku ini —Quranic Quotient: Menggali dan Melejitkan Potensi Diri Melalui Al-Qur`an.

Tahun 2005, saat kuliah di Jurusan Syari'ah Islamiah Fakultas Syari'ah Wal Qanun Universitas Al-Azhar - Tafahna Al-Asyraf, lajang yang berkaca mata dan berjenggot tebal ini, menikah dengan Ami Rahmawati; adik kelasnya di pesantren. Dan sekarang telah dikaruniai oleh Allah dua orang “pahlawan” —Abdurrahman Vira A-Fatih dan Fathin Vira Rahima.

Kini, Direktur CSRD —sebuah lembaga pelatihan, penelitian, konsultasi, dan publikasi dalam bidang pengembangan diri (self development)— yang bercita-cita membangun masyarakat madani (civil society) di daerahnya ini, bersama istri dan putranya tinggal di Building 101 Flat 19 Floor 5 Mutsallats Nasr City Cairo Egypt. Telepon rumah: (020) 4484236. HP: +2010 -038-0728. Dan bagi siapa saja yang ingin dialog, curhat, konsultasi, dan berbagi makna —terutama untuk memberikan saran, kritikan, dan tanggapan terhadap buku ini— Udo bisa dihubungi lewat e-mail: sahabat_udoyamin@yahoo.com atau ibnu_majdi@yahoo.com Atau, klik website: http://udoyamin.multiply.com, udoyamin.wordpress.com

Endorsment Quranic Quotient


"Untuk menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dan penuntun kesuksesan dunia dan akhirat, maka perlu mengenal lebih jauh dan mendalami ayat demi ayat. Buku yang ditulis oleh Udo Yamin Efendi Majdi merupakan karya yang —saya yakin— akan menambah kecintaan pembaca akan Al-Quran sekaligus menjadikannya sebagai pedoman puncak dalam menjalani kehidupan." (Ary Ginanjar Agustian, trainer dan pimpinan ESQ LEADERSHIP CENTER)

"Buku ini merangkum analisa yang tajam. Refleksi, penghayatan dan kepekaan yang dalam sang penulis atas potensi diri manusia. Argumentasinya yang akurat dan objektif, mampu meyakinkan anda bahwa dengan Quranic Quotient, di dunia dan di akhirat, Anda akan menjadi Sang Pemenang." (Rashid Satari, Ketum PERWAKILAN PELAJAR ISLAM INDONESIA MESIR 2006-2008)

“Membaca judulnya pasti penasaran. Skiming bukunya tambah penasaran. Sebaiknya membaca sampai habis, itulah jawabannya. Sebuah buku yang memadukan antara pemikiran asasi dengan pemikiran kini. Sangat menarik dan wajar jika dipuji. Perlu dibaca untuk masa kini.” (B.S.Wibowo, Trainer dan CEO TRUSTCO CIPTA MADANI)

"Saya pernah menduga Al-Quran adalah karya sastra yang ditulis seorang bernama Muhammad, seperti halnya Kahlil Gibran menuliskan puisinya. Tapi, Al-Quran terlalu sempurna dan tidak ada seorang manusia pun sanggup menuliskannya kecuali itu Allah SWT. Saya suka dengan perumpamaan menutup mata yang dilakukan si penulis terhadap istrinya di buku ini. Saya sepakat, jika kita buta, maka kita akan tersesat mengarungi kehidupan ini. Al-Quran adalah jawabannya, karena itu adalah mata bagi seluruh umat di bumi ini. Bacalah buku ini dan kita akan merasa malu, karena sudah melupakan Al-Quran, kitab yang kita akui sebagai milik kita.” (Gola Gong, pengelola RUMAH DUNIA)

Saya yakin, jika kita melaksanakan 7 prinsip menggali dan melejitkan diri dalam buku ini, maka insya Allah kita akan sukses dunia-akhirat. Sebab, 7 prinsip itu telah merubah hidup saya.” (Risyan Moehammad Tawfik, Ketum PERWAKILAN PERSATUAN ISLAM MESIR 2006-2008)

"Luar biasa! Membaca buku ini, saya tambah yakin akan keagungan Al-Qur'an dan semakin mencintainya. Secara cerdas penulis menggabungkan prinsip Al-Quran dengan hasil penemuan ilmiah terkini yang dipadu secara komunikatif, atraktif, dan efektif. Buku ini juga pas untuk semua kalangan! Semoga menjadi karya Best Seller jilid II yang lahir dari rahim santri Universitas Al-Azhar Mesir setelah novel Ayat-Ayat Cinta." (Teguh Hudaya, Ketum FLP Mesir 2006-2007)

Wednesday, September 5, 2007

Qur'anic Quotient


Judul : Quranic Quotient: Menggali dan Melejitkan Potensi Diri Melalui Al-Qur'an
Penulis : Udo Yamin Efendi Majdi

Penerbita : Qultum Media, Jakarta
Cetakan : Pertama, 2007
Tebal : xvi + 196 halaman
Distributor : Gramedia, Gunung Agung, dan toko buku besar seluruh Indonesia

"Buku yang ditulis oleh Udo Yamin Efendi Majdi merupakan karya yang —saya yakin— akan menambah kecintaan pembaca akan Al-Quran sekaligus menjadikannya sebagai pedoman puncak dalam menjalani kehidupan," tulis Ary Ginanjar Agustian ketika memberikan Kata Pengantar terhadap buku Quranic Quotient.

Ungkapan pimpinan ESQ Leadership Center itu tidak berlebihan, sebab buku Quranic Quotient ini hadir dalam rangka back to Al-Qur`an. Penulis ingin meyakinkan kita bahwa siapa pun yang mengamalkan prinsip dalam Al-Qur`an, maka potensi dan kecerdasannya akan berkembang pesat. Setidaknya, buku ini menjadi sarana diskusi kepada siapa saja, terutama bagi generasi muda Islam yang ingin lebih mencintai Al-Qur`an dan mengembangkan potensi diri berdasarkan wahyu Ilahi.

Dalam buku ini, penulis mendiskusikan tentang: Nama dan Sifat Al-Qur`an, Fungsi Al-Qur`an, Kewajiban Terhadap Al-Qur`an, Pengaruh Al-Qur`an Terhadap Potensi Diri, dan Quranic Quotient. Kelima hal itu, penulis bahas dengan “personal essay”, dengan bahasa komunikatif, atraktif, dan mudah untuk dicerna oleh siapa saja. Selain itu, buku ini unik, karena setiap awal bab memuat puisi Sir. Muhammad Iqbal.

Pada Bab I, membicarakan 16 nama dan sifat Al-Qur`an. Dalam bab ini, kita sebagai pembaca akan menemukan pendapat Michael H. Hart —penulis bukunya ‘Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah’ dan para orientalis tentang Al-Qur`an. Ada juga, kisah renaisannce (pencerahan) di Barat dan ‘tidurnya’ umat Islam. Kita pun akan berkenalan dengan pencetus teori ilmiah Ibnu Al-Haitsam. Al-Khawarizm sang penemu Angka Nol. Al-Battani pencetus istilah Sinus, Kosinus, Tangen, dan Kotangen dalam Matematika, atau Azimut, Zenit, dan Nadir dalam Ilmu Astronomi. Ibnu Sina bapak Ilmu Kedokteran. Al-Razi penemu "Kimia Kontemporer". Ibnu Rusyd tokoh Filsafat. Ibnu Khaldun peletak Ilmu Sejarah dan Sosiologi. Dan tokoh yang lainnya. Tak ketinggalan, ada kisah masuk Islamnya dua tokoh terkenal, yaitu Cat Stevens —mantan artis Prancis dan Irena Handono —mantan biarawati.

Selanjutnya, dalam Bab II, kita akan menemukan 4 fungsi Al-Qur`an. Di sini ada cerita tentang Ahmad Deedat ketika diundang oleh raja Swedia, Subaza. Atau, kisah Dr. Keith L. Moore —ahli Embriologi Amerika, Profesor Tajasen Tahasen —seorang ahli Farmakologi Thailand, Mr. Jacques Yves Costeau —ahli kelautan (Oceanografer), dan Prof. William Brown, masuk Islam karena menyaksikan kemukjizatan Al-Qur`an.

Lima kewajiban terhadap Al-Qur`an, penulis bicarakan kepada kita dalam Bab III. Kewajiban itu, antara lain (1) mengimaninya; (2) mempelajarinya; (3) mengamalkannya; (4) mendakwahkannya; dan (5) membelanya. Juga mendiskusikan jawaban, mengapa ada orang yang suka baca Al-Qur`an, tapi Al-Qur`an itu tidak menyentuh hati dan merubah tingkah lakunya? Ada cerita tentang kedekatan Pak Ary Ginanjar dan Bu Marwah Daud dengan Al-Qur`an. Ada cerita tentang interaksi Sir. Muhammad Iqbal terhadap Al-Qur`an. Ada kisah Harun Yahya. Ada kisah Abdullah bin Mas’ud t.

Kemudian Bab IV, penulis mengajak kita untuk menjawab pertanyaan: “Siapa Saya?” atau “Apa Diri itu?” Apa itu potensi diri? Apa itu Ahsanu Taqwîm? Sebagai apa saya, menurut Al-Qur`an? Bagaimana saya membaca diri? Bagaimana cara saya memandang diri? Dan, berbicara tentang diri yang unik. Tidak lupa, membicarakan tentang empat potensi terbaik manusia, yaitu potensi intelektual, emosional, spiritual, dan fisik. Dan alasan, mengapa fisik tidak termasuk dalam kajian kecerdasan.

Sebagai lanjutan dari bab sebelumnya, trilogi kecerdasan (IQ, EQ, dan SQ) penulis bahas dalam Bab V dan kemudian ia hubungkan dengan tiga wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad r. Ada juga tentang Kang Abik (penulis novel Ayat-ayat Cinta), Mbak Helvy (cerpenis dan mantan Ketua Umum FLP Pusat), dan Mas Fauzil (penulis buku Kupinang Engkau dengan Hamdalah). Dan kita, diajak oleh penulis mengunjung Piramida Giza di Mesir, ketika ia berpendapat bahwa IQ, EQ, SQ versi barat tidak cukup untuk mengantarkan kita ke puncak sukses dunia-akhirat.

Maka dalam Bab VI, penulis menegaskan kepada kita bahwa selain tiga kecerdasan itu, kita juga butuh Quranic Quotient atau Kecerdasan Qur'ani. Ia juga mendiskusikan, apa itu makna sukses dan bahagia? Apa itu Ulil Albâb? Lalu, ia membahas 7 prinsip menggali dan melejitkan potensi diri dengan Quranic Qoutient beserta kiat-kiat praktisnya.

Saat memberikan endorsement terhadap buku yang lahir dari rahim santri Universitas Al-Azhar Mesir ini, B.S.Wibowo —Trainer dan CEO Trustco Cipta Madani— berkomentar:: "Membaca judulnya pasti penasaran. Skiming bukunya tambah penasaran. Sebaiknya membaca sampai habis, itulah jawabannya. Sebuah buku yang memadukan antara pemikiran asasi dengan pemikiran kini. Sangat menarik dan wajar jika dipuji. Perlu dibaca untuk masa kini.” Bahkan, pengelola Rumah Dunia, Golagong, menambahkan: "Bacalah buku ini dan kita akan merasa malu, karena sudah melupakan Al-Quran, kitab yang kita akui sebagai milik kita.”