Sunday, January 20, 2008

Modal Dasar Menjadi Penulis 1

Iftitâh

Bismillâh. Anda ingin menjadi penulis? Gampang! Modalnya apa? Modalnya, enggak rumit kok, ntar kita diskusikan bersama. Ok? Yang jelas, di Iftitâh ini, saya ingin menegaskan bahwa menulis itu habit; kebiasaan. Sebelum kita bertukar-pikiran tentang habit, saya akan sedikit bercerita. Begini, dalam beberapa momentum silaturahmi kepada teman-teman Masisir (Mahasiswa Indonesia Mesir), mereka bertanya: "Do, gimana sih proses udo bisa nulis?" Atau, ketika saya menjadi pemateri dalam beberapa acara, misalnya, dua kali saya mengisi acara SMS (Sekolah Menulis SINAI), Pelatihan Jurnalistik KEMASS, Pelatihan Menulis Altar (Alumni Persis 76 Tarogong), Up Grading buletin "Manggala" KPMJB, dua kali jadi pembicara acara “Diklat Menulis: Mengenal Pers & Jurnalistik” buletin "Al-Jauhar" KSMR, Pelatihan Terjemah Pwk. Persis, Pelatihan Jurnalistik DPD PPMI Zaqazig, “Pelatihan Jurnalistik” buletin Al-I’Tishom Ikatan Keluarga Alumni Thawalib (IKATH), Pelatihan Jurnalistik I KMA, atau beberapa acara FLP Mesir, dan acara yang lainnya, pertanyaan serupa sering muncul: "Gimana sih caranya, supaya saya bisa menjadi seorang penulis?"

Biasanya, sebelum menjawab, saya diam sejenak. Bingung! Karena tak ada hal istimewa yang saya laksanakan. Saya melakoni apa yang kebanyakan orang lakukan. Bila saya jawab: karena saya sering ikutan pelatihan menulis, lalu mengapa teman-teman saya yang pernah mengikuti pelatihan itu tidak produktif berkarya? Jika saya katakan: sebab banyak membaca buku tentang menulis, lantas mengapa teman-teman saya yang melakukan hal yang sama, merasa kesulitan menggoreskan apa yang berkecamuk dalam benak mereka? Manakala saya jelaskan: akibat saya aktif di organisasi penulis (Forum Lingkar Pena/FLP), trus mengapa banyak yang aktif di sana, tidak juga menjadi seorang penulis?

Maka untuk menjawab pertanyaan itu, saya sering mengatakan apa yang saya sebutkan di atas bahwa menulis itu adalah habit. Betapa terkejut saya, saat saya silaturahmi dengan penulis muslim produktif, H. Adian Husaini, MA. —Ketua DDII Pusat dan Peneliti INSISTS—, pada hari Sabtu, 25 Februari 2006, di Griya KSW, saya bertanya: "Pak, bagaimana proses bapak menjadi seorang penulis produktif?" Beliau menjawab: "Menulis itu habit!" Subhânallâh, ternyata ungkapan beliau sama dengan kesimpulan saya selama tiga tahun ini; bahwa menulis adalah habit atau kebiasaan. Pak Adian Husaini menceritakan bahwa proses beliau menjadi penulis produktif karena membiasakan diri untuk membaca dan menulis.

Iyya, menulis itu habit (kebiasaan)!! Lantas, apa itu habit (kebiasaan) itu? Untuk menjelaskan ini, saya meminjam definisi Stephen R. Covey. Dalam bukunya, “The 7 Habits of Highly Effective People" (Binarupa, 1997), ia mengatakan kebiasaan adalah titik pertemuan dari Pengetahuan (apa yang harus kita lakukan, mengapa?), Keterampilan (bagaimana melakukan), dan Keinginan (mau melakukan).
Berangkat dari definisi Stephen R. Covey itu, ada tiga modal utama yang harus kita miliki bila kita ingin menjadi seorang penulis handal, yaitu: Pengetahuan, Keterampilan, dan Keinginan. Dengan kata lain, modal dasar menjadi penulis, cuma satu, yaitu membiasakan diri untuk menulis. Insyâ Allâh, secara mendetail, tiga hal itu akan kita bahas secara satu persatu.

Bersambung ke "Modal Pengetahuan"...

1 comment:

Muhammad Abdillah Asmara said...

salam, thanks ustd udo atas motivasinya, saya jadi ingat kata orang tua " orang -orang besar itu selalu melukai kertasnya dengan tinta " :d thanks sekali lagi ustad ;)salam kenal. ass