Sunday, January 20, 2008

Modal Dasar Menjadi Penulis 4

7 Kiat membaca


1. Pilihlah buku atau bahan bacaan yang benar-benar bergizi. Buku itu sangat banyak. Sedangkan waktu dan dana yang kita miliki, sangat terbatas. Maka, dalam membaca, kita harus memilih buku sesuai dengan spesialisasi yang akan kita geluti atau sesuai dengan hobi baca kita. Maka, kita butuh skala prioritas. Dari sekian banyak buku dalam bidang yang kita geluti, kita harus mendahulukan buku yang bergizi; menggerakan dan mencerahkan. Salah satu cara menentukan buku bergizi adalah carilah buku yang ditulis oleh pakarnya. Dan sebaik-baiknya bacaan adalah Al-Quran dan hadis Nabi.

2. Sebelum membaca cobalah cari gambaran tentang isi buku. Untuk memperoleh gambaran sekilas tentang buku: perhatikan cover depannya, mulai dari judul dan gambar. Lalu, baca sinopsis buku yang berada di cover belakang. Setelah itu, baca Kata Pengantar, baik dari penulis, penerbit, atau tokoh yang pakar dalam tema buku itu. Kemudian, baca Daftar Isi. Bila memang perlu, lihatlah lembar demi lembar secara cepat dan acak. Baru anda baca dari awal sampai akhir.

3. Ketika membaca jangan pernah bosan bertanya. Imam Ad-Darimi mewartakan bahwa nabi Muhammad Saw. pernah bertutur: “Seandainya, tidak ada pertanyaan, maka ilmu akan hilang.” Dengan banyak bertanya saat membaca, maka kita akan memperoleh banyak ilmu. Misalnya, kita bertanya: “Apa ya, arti kata ini? Apa sih, gagasan utama dalam paragraf ini? Hubungan antara bab yang sedang saya baca ini, dengan bab sebelumnya, kira-kira apa ya? Makna apa sih, yang ingin pengarang sampaikan? Dengan tema yang sama, apa ya perbedaan dan persamaan dengan buku yang pernah saya baca?” Dan seterusnya.

4. Belajarlah mengkritisi setiap gagasan dalam sebuah buku. “Jangan immaah!” pesan nabi Muhammad Saw. Lalu, para sahabat bertanya: “Ya rasul, maksudnya?” Nabi menjelaskan: “Immaah itu bila kalian berkata, “jika orang lain berbuat baik, kami akan ikut. Begitu juga, jika orang banyak berbuat jelek, kami akan ikut!” Seharusnya, istiqomahlah pada prinsip kalian; bila orang lain berbuat baik, maka ikuti. Manakala orang lain berbuat jahat, jangan ikut-ikutan”. Hadis yang diceritakan oleh Imam Tirmidzi ini, menerangkan bahwa kita harus memiliki pendirian. Tidak semua yang kita baca harus kita ikuti. Tapi kita punya standar hidup: Al-Quran dan hadits, untuk menimbangnya. Bila sesuai dengan keduanya, maka kita terima. Jika tidak sesuai, kita harus tinggalkan. Bahkan, kalau mampu, kita harus meluruskannya. Misalnya, dengan menulis buku untuk mengkritisinya.

5. Catat hal-hal yang menarik atau yang penting selama membaca. Sa’ad bin Jubair (wafat 714 M) bercerita, “Dalam kuliah-kuliah Ibnu Abbas, aku biasa mencatat pada lembaran; bila telah penuh, aku menuliskannya di kulit sepatuku, dan kemudian di tanganku”; dan “Ayahku sering berpesan kepadaku, “Hapalkanlah, tapi paling penting adalah catatlah. Bila sampai di rumah, maka tulislahkanlah. Dan jika kau memerlukan atau tidak ingat lagi, maka bukumu akan membantumu.” Itulah, tradisi ulama Islam zaman dulu. Hingga, hasil catatan mereka, menjadi rujukan umat Islam dari masa ke masa.

6. Renungkan kembali ide atau gagasan yang Anda temukan dalam buku. Dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin, Imam Ghazali menuliskan sebuah hadis yang berbunyi: “Berpikir satu detik lebih baik dari ibadah setahun”. Sebanyak apapun buku yang kita baca, bila kita tidak merenungkannya, maka akan mudah kita lupakan. Maka, biasakan, setiap selesai membaca sebuah buku, merenunglah minimal 15 menit. Apalagi, bila membiasakan diri untuk merenung hasil bacaan kita pada setiap selesai zikir ba’da sholat 5 waktu. Ini lebih baik!

7. Diskusikan kepada orang hasil bacaan Anda. Apa yang kita pikir benar dari hasil membaca, belum tentu benar. Untuk mengetahui benar atau salahnya, maka diskusikan dengan orang lain, terutama kepada orang yang ahlinya. Dengan mendiskusikan kepada orang lain, maka ingatan dan pemahaman kita akan bertambah baik, bahkan keterampilan dalam berbicara akan meningkat. Abdullah bin Mas’ud menceritakan bahwa nabi bersabda: “Allah akan merahmati orang yang menghadiri majlis kami, lalu ia menyampaikan apa yang telah ia dengar. Karena terkadang, orang yang menyampaikan akan lebih hapal dan lebih faham dari orang yang hanya mendengar.” (HR. Tirmidzi) Intinya, dengan menyampaikan apa yang kita faham —baik itu hasil membaca atau mendengar ceramah— maka akan menguatkan hapalan dan meningkatkan pemahaman.

Bersambung ke "7 Kiat Menulis"...

No comments: